Jumat, 18 Januari 2019

REVITALISASI FUNGSI dan PERAN IMPI (Catatan untuk Sebuah Harapan)


Tanpa terasa Ikatan Mahasiswa Perencanaan Indonesia (IMPI) telah melewati tiga dasawarsa lebih, semenjak dideklarasikan pada tanggal 2 Desember 1984 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sejak itu, Forum Mahasiswa Perencanaan Indonesia (FMPI) - yang merupakan nama sebelumnya dari IMPI – mulai berusaha menghadirkan dirinya di tengah-tengah mahasiswa. Namun, beberapa tahun kemudian setelah terbentuknya, wadah ini sempat mengalami kevakuman dan baru dicoba untuk dihidupkan kembali saat Pertemuan Nasional Mahasiswa Perencanaan Se-Indonesia di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang pada tahun 1993. Mulai saat itu hingga sekarang, para anggotanya berusaha untuk dapat mengeksiskan IMPI ini dalam kehidupan kemahasiswaan, baik di tingkat institusi masing-masing maupun pada skala Nasional bahkan Internasional. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pengembangannya, namun masih sering juga mengundang pertanyaan, ‘Apa’ dan ‘Kemana’ IMPI ini akan diarahkan sesungguhnya.
Dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan IMPI, maka tampaknya sudah mulai banyak kemajuan serta mulai menyentuh hal-hal yang substansial bagi IMPI itu sendiri baik secara konsepsional maupun lewat aksidentalnya.
Membicarakan fungsi dan peran IMPI, sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari tatanan kemahasiswaan secara umum. Dengan kata lain, sebuah lembaga kemahasiswaan harus senantiasa diinspirasi oleh semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu : Penelitian, Pendidikan dan Pengabdian pada masyarakat.
Ikatan Mahasiswa Perencanaan Indonesia (IMPI) sebagai sebuah organisasi/wadah mahasiswa yang berskala nasional, boleh jadi telah berlandaskan pula pada nilai-nilai dasar tersebut dalam segala aktivitas yang dilakukannya. Namun, pertanyaan segera muncul bila kita menelusuri perjalanan IMPI sejak kelahirannya hingga saat ini. Sejauh mana IMPI telah mampu menjalankan fungsi dan perannya dalam turut mewarnai kehidupan kemahasiswaan? Bagaimana sesungguhnya profesionalisme yang ingin digalang IMPI seperti yang telah disebutkan dalam tujuan, fungsi dan tugasnya? Dan masih banyak hal berkaitan dengan masalah tersebut.
Menarik untuk kita simak kembali apa yang telah disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Sujarto, M.Sc, ketika memberikan arahan menjelang Sidang Tahunan Kongres FMPI tahun 1994 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Beliau menyatakan bahwa ada 5 (Lima) sasaran strategis dari esensi suatu asosiasi atau wadah Mahasiswa Perencanaan Indonesia yang patut menjadi bahan pemikiran, yaitu :
1.       Lembaga ini perlu dikembangkan bukan sebagai suatu wadah yang akan mendesakkan kesamaan pendapat tetapi justru untuk menggali sebanyak mungkin berbagai pendapat, sehingga akan memperluas wawasan tentang perencanaan pembangunan wilayah dan kota di Indonesia khususnya dan di mancanegara umumnya.
2.       Lembaga perlu tanggap terhadap berbagai fenomena perencanaan pembangunan wilayah dan kota yang terjadi di negara kita, sejalan dengan berbagai dinamika pembangunan yang terus berkembang dari masa ke masa, karena semakin luasnya berbagai pengaruh global.
3.       Lembaga perlu untuk mengembangkan kreasi dan inovasi di dalam menanggapi berbagai perkembangan iptek dalam hubungannya dengan perencanaan wilayah dan kota saat ini dan di masa mendatang.
4.       Lembaga mampu menjadi pemasok pemikiran bagi perencanaan pembangunan bangsa sekaligus juga  mampu menjadi pengendali sosial yang dewasa dan objektif di dalam melihat berbagai gejala perkembangan pembangunan yang menyangkut masyarakat banyak.
5.       Lembaga sangat perlu memikirkan pengembangan etika di dalam perencanaan untuk  dikembangkan sebagai salah satu pedoman dalam menyumbangkan keahliannya kelak di masyarakat. 
Dari uraian di atas, tampaknya ada dua hal yang perlu kita pikirkan terutama bila berbicara menyangkut profesionalisme yang akan kita kembangkan.
Pertama, Profesionalisme yang berkaitan dengan bidang keilmuan yang kita geluti sendiri (dalam hal ini Ilmu Planologi atau Perencanaan). Ini bisa kita sebut sebagai Gerakan Intelektual.
Kedua, Profesionalisme dalam hubungannya sebagai lembaga kemahasiswaan dalam rangka menyikapi persoalan-persoalan kemasyarakatan atau kerakyatan. Yang ini biasa disebut dengan Gerakan Sosial/Moral.
Kedua perspektif tersebut tidak layak untuk dikesampingkan, bahkan mutlak dimiliki oleh sebuah wadah mahasiswa apapun bentuknya. Karena dengan tidak memiliki dan tidak mengimplementasikan hal itu, maka dengan sendirinya ia telah kehilangan ruh perjuangannya, yang selanjutnya dapat memberikan implikasi yang cukup besar dan bahkan boleh jadi tidak akan mampu eksis dalam artian sebenarnya di tengah-tengah komunitas yang lebih luas.
Berbicara dalam konteks inilah, tampaknya Ikatan Mahasiwa Perencanaan Indonesia (IMPI) perlu melakukan antisipasi melalui Revitalisasi Fungsi dan Peran IMPI, baik sebagai Gerakan Intelektual dalam artian sejauh mana kontribusi IMPI dalam kajian-kajian kebijakan perencanaan serta diskursus yang menyangkut perencanaan pembangunan wilayah dan kota, ataupun sebagai Gerakan Sosial/Moral dalam menanggapi fenomena-fenomena sosial kemasyarakatan, khususnya yang terkait dengan bidang profesi keilmuan yang digeluti.
Dengan revitalisasi fungsi dan peran IMPI seperti itu, kita berharap IMPI dapat berkiprah dan memperkuat eksistensinya di tengah-tengah tatanan kemahasiswaan secara keseluruhan. Namun, kesemuanya itu baru dapat dicapai bila ada keinginan dan kemauan bersama para anggota IMPI sendiri untuk melakukannya. Ataukah IMPI hanya sekedar ada, tapi tidak pernah kita temukan torehan fungsi dan perannya dalam Sejarah Kemahasiswaan Indonesia.
Semoga catatan ringan ini dapat bermanfaat bagi teman-teman Mahasiswa Perencanaan umumnya dan khususnya buat Pengurus Ikatan Mahasiswa Perencanaan Indonesia (IMPI) untuk Periode sekarang serta masa yang akan datang.
Kongres IMPI-Bandung, Desember 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rezim Yang Ambigu dan Problem Lingkungan di Indonesia

Permasalahan lingkungan hidup, telah mendapat perhatian besar di hampir semua negara. Ini terutama terjadi sejak dasawarsa 1970-an setelah d...