Selama 60
tahun, orang-orang Palestina diusir
selama 60
tahun , mereka terus dibunuhi
selama 60
tahun, setiap hari mengalami konflik dan teror
selama 60
tahun, perempuan dan anak-anak tak berdosa
dihancurkan
dan dibunuh oleh helikopter-helikopter
dan
pesawat-pesawat tempur yang menghancurkan rumah-rumah mereka
selama 60
tahun, anak-anak sekolah dipenjarakan dan disiksa
selama 60
tahun, keamanan Timur tengah berada dalam bahaya
selama 60
tahun, slogan ekspansionisme “Dari Nil hingga Eufrat”
terus
digemakan kelompok-kelompok tertentu.
(Mahmoud
Ahmadinejad)
Beberapa
waktu lalu, perhatian dan sorotan dunia kembali tertuju ke Jalur Gaza
Palestina, disebabkan karena ulah tentara zionis Israel yang melakukan
penyergapan serta penyerangan terhadap kapal-kapal sipil yang mengangkut
bantuan dan relawan kemanusiaan. Peristiwa tersebut menyulut aksi protes dan
unjuk rasa di berbagai negara atas tindakan brutal yang diperlihatkan untuk
kesekian kalinya oleh rezim zionis Israel. Gerakan misi kemanusiaan yang
dilakukan oleh para aktivis dari berbagai negara tersebut, adalah sebagai
bentuk kampanye untuk menembus blokade Israel atas rakyat Palestina, yang
bertujuan menentang segala bentuk penjajahan dan kolonialisasi serta
ketidakadilan dan kezaliman yang tengah dialami oleh Palestina. Pertanyaannya,
apa yang menyebabkan konflik berkepanjangan yang terjadi di Palestina tersebut
seolah tak pernah bisa berkesudahan? Persoalan inilah yang akan kita coba lihat
lewat tulisan sederhana ini.
Ada Apa di Palestina?
Dalam
memahami apa yang sedang terjadi di Palestina, maka ada baiknya kita telaah
sebagian dari pidato Ahmadinejad, “Sekitar
60 tahun yang lalu, dengan program rumit (yang melibatkan) propaganda, politik
dan militer, dan dengan persiapan pendahuluan, sebuah kelompok tanpa jati diri
bernama Zionisme dipaksakan (untuk berdiri) di jantung kawasan Timur Tengah.
Alasan pemaksaan ini ada dua : pertama, penderitaan yang dialami kelompok ini
pada Perang Dunia II. Dikatakan bahwa kelompok ini (kaum Yahudi) dulu mengalami
penjajahan dan sebagian dari mereka tewas. Untuk menghibur para korban yang
masih hidup, mereka harus diberi tempat dan harus dilindungi sampai mereka
nyaman (di tempat itu). Alasan yang kedua yang (baru) kemudian dikemukakan
adalah bahwa nenek moyang mereka (Zionis) adalah orang-orang yang lebih dari
2500 tahun lalu pernah hidup di tanah itu (Palestina), karenanya mereka berhak
untuk hidup di kawasan itu dan memiliki pemerintahan sendiri di sana. Kepada
mereka (yang menyampaikan alasan ini) kami mengatakan dan telah kami katakan :
jika kezaliman itu terjadi di Eropa, mengapa tebusannya harus diberikan oleh
sebuah bangsa di Timur Tengah? Misalkan memang benar ada pihak yang melakukan
kejahatan, mengapa bangsa-bangsa yang tidak ada urusan dengan Perang Dunia II
harus mengganti kerugiannya? Selain itu, kalian mengatakan berniat memberikan
tanah untuk para korban perang, lalu mengapa setelah itu, orang-orang tanpa jati
diri dari berbagai penjuru dunia dikumpulkan dan diberikan tempat tinggal di
Palestina? Mereka mengatakan bahwa nenek moyang kaum Zionis 2500 tahun yang
lalu hidup di Palestina (dan karena itu Zionis berhak pula hidup di sana),
namun, jika hukum seperti ini diamalkan di tempat lain, bukankah semua
perbatasan (wilayah) politik hari ini juga akan musnah? Pertanyaan kami siapa
yang hidup di Amerika Utara 250-300 tahun lalu? Klaim tentang (kehidupan) 2500
tahun lalu belum terbukti, tapi di Amerika Utara, orang-orang yang (dulu) hidup
di sana, sampai sekarang pun masih ada.”
Tampaknya
Ahmadinejad dalam pidatonya tersebut berusaha menjawab berbagai klaim yang
dilakukan oleh pemerintahan Zionis Israel selama ini atas pendudukannya
terhadap tanah Palestina. Klaim dalam bentuk yang lain, lewat pendekatan
teologis atau religius misalnya pernah diutarakan oleh Moshe Dayan, mantan
Menteri Perang Israel, seperti : “Jika
seseorang memiliki Bible, jika seseorang menyatakan dirinya pengikut Bible, dia
harus memilki tanah suci ini, yaitu tanah yang dimiliki Judge dan Patriarch,
Jerusalem dan Hebron, Jericho dan yang lainnya.” Namun pernyataan tersebut
dikomentari oleh Roger Garaudy dalam bukunya “The Founding Myths of Modern Israel” dengan menulis, “Ideologi Zionis berlandaskan satu postulat
yang sederhana, yang tertulis di Kitab Genesis (XV, 18-21), “Tuhan telah
membuat persekutuan dengan Abraham dalam hal ini: Aku akan memberikan negeri
ini dari sungai di Mesir hingga ke sungai besar, sungai Eufrat.” Berdasarkan
ayat ini, tanpa bertanya kepada diri sendiri siapa saja yang termasuk ke dalam
‘persekutuan’ itu, kepada siapa janji itu diberikan, atau apakah janji itu
bersyarat atau tidak, para pemimpin Zionis – termasuk mereka yang agnostik dan
atheis – memproklamasikan: Palestina telah diberikan kepada kami oleh Tuhan.
Padahal statistik dari pemerintah Israel menunjukkan bahwa hanya 15% orang
Israel yang religius, namun anehnya 90% dari mereka mengklaim bahwa tanah
Palestina adalah hadiah dari Tuhan, Tuhan yang tidak mereka percayai.”
Mungkin kita
akan bertanya, ada apa sehingga Israel begitu ngotot menginginkan Palestina?
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Republik Islam Iran ini, kembali melontarkan
jawaban atas pertanyaan mendasar tersebut dengan mengatakan bahwa, “Kawasan Palestina adalah kawasan yang
sangat penting, kawasan yang strategis dari sisi politik, budaya, ekonomi,
kawasan yang memiliki keistimewaan yang tiada duanya. Menguasai Palestina
artinya menguasai semua jalur utama politik dan ekonomi dunia. Penguasaan atas
Palestina berarti menguasai seluruh kawasan (Timur Tengah) dan kawasan Islami.
Menguasai Palestina berarti menguasai bridge-head di jantung dunia untuk
menguasai semua bangsa. Dan tentu saja, penguasaan Palestina adalah cita-cita
historis sebagian kekuatan-kekuatan Barat.”
Dalam
kondisi seperti itulah, maka tidak begitu mengherankan kalau kemudian Israel
sangat berkeinginan merebut dan menduduki Palestina, dengan mengerahkan segala
kekuatan yang dimiliki dan melalui cara apapun agar tujuan mereka bisa
tercapai.
Setelah
melakukan berbagai manuver politik maupun militer ke wilayah Palestina sekian
puluh tahun lamanya, maka sejak Juni 2007, Israel telah menutup gerbang-gerbang
perbatasan yang menjadi tempat lalu-lalang orang-orang dan barang dari dan ke
Jalur Gaza. Di beberapa gerbang, distribusi pangan dan bahan bakar masih
dibolehkan keluar masuk. Tapi sejak Januari 2008, PM Israel Ehud Barak
memerintahkan penutupan semua gerbang dan tidak membolehkan apa pun dan siapa
pun untuk melewatinya, termasuk suplai bahan-bahan penting seperti
makanan,obat-obatan dan bahan bakar. Akibat dari blokade ini, mayoritas
penduduk di Jalur Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan, sehingga
menyebabkan Gaza menjadi “penjara terbesar di dunia” (the biggest prison in the world). Situasi terakhir inilah yang
kemudian memicu ketegangan di Gaza Palestina, mengakibatkan para aktivis
kemanusiaan terpanggil untuk bergerak dan berupaya membuka blokade dan isolasi
yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina.
Deretan Nestapa Rakyat Palestina
Berikut ini
kami tuliskan sebagian dari rangkaian berbagai peristiwa yang menjadikan derita
dan nestapa bagi rakyat Palestina, yang dirangkum dari berbagai sumber:
1882 : Dimulailah aliya raya pertama atau imigrasi besar-besaran orang-orang yahudi
ke Tanah Suci. Gelombang pertama imigran Zionis ini datang dari Eropa Timur
sebanyak 25.000 orang.
1896 : Wartawan Austria Theodor Herzl,
pendiri gerakan Zionisme, menerbitkan pamflet berjudul Der Judenstaat yang menyebutkan bahwa masalah Yahudi hanya dapat
dipecahkan dengan mendirikan negara Yahudi di Palestina atau di tempat lain.
1897 : Kongres I Zionis di Basle,
Swiss. Para peserta kongres sepakat perlu ada negeri sendiri, tetapi mereka
belum tahu di mana negeri sendiri itu dan bagaimana mendapatkannya.
1904-1914 : Gelombang kedua Zionis datang sebanyak 40.000 orang, sehingga
populasi Yahudi di Palestina meningkat jadi 6% dari total penduduk.
1917 : Menlu Inggris Arthur J Balfour
mengeluarkan sebuah deklarasi yang disebut Deklarasi Balfour yang mendukung
perlunya ada negeri sendiri bagi bangsa Yahudi di Palestina.
1919-1923 : Gelombang ketiga imigran Zionis
datang sebanyak lebih dari 35.000 orang, sehingga populasi Yahudi di Palestina
meningkat jadi 12% dengan kepemilikan tanah 3% dari luas total tanah.
1922 : Keluar apa yang disebut “buku
putih” Inggris mengenai Palestina tentang pembagian wilayah. Bagian timur
disebut Transjordania yang diserahkan penguasaannya pada Emir Hashemite
Abdullah dan bagian barat boleh ditempati orang-orang Yahudi tetapi hanya di
sebelah barat Lembah Yordan.
1924-1928 : Gelombang keempat imigran
Zionis datang sebanyak 67.000 orang, lebih 50% datang dari polandia. Sehingga
populasi Yahudi di Palestina meningkat menjadi 16% dengan kepemilikan tanah
4,2% dari total wilayah.
1929-1939 : Gelombang kelima imigran
Zionis datang sebanyak 250.000 orang, sehingga populasi Yahudi di Palestina
meningkat jadi 30% dengan kepemilikan tanah 5,7% dari total wilayah.
1935 : November, Syeikh ‘Izz Al-Din
Al-Qassam, ulama dari kota Haifa, memimpin perjuangan bersenjata pertama bangsa
Palestina melawan pasukan Inggris dan Zionis. Beliau gugur syahid tanggal 19
November.
1936-1939 : Pecah pemberontakan rakyat
Palestina untuk menentang perluasan pemukiman dan pendirian Negara Yahudi.
Pemberontakan ini sudah mulai terjadi sejak tahun 1929. Di tengah terjadinya
pemberontakan itu (1937) Komisi Peel mengusulkan pembagian Tanah Suci menjadi
wilayah untuk orang Yahudi dan Arab.
1940-1945 : Kedatangan lebih dari 60.000
imigran Zionis, sehingga populasi Zionis menjadi 31% dan kepemilikan tanah
menjadi 6,0%.
1947 : 18 Februari, Menlu Inggris
Ernest Bevin, mengumumkan penyerahan masalah Palestina kepada PBB. 26
September, Inggris mengumumkan keputusan untuk mengakhiri masa Mandat Inggris.
Pada bulan November, Majelis Umum PBB memutuskan membagi Palestina menjadi dua
bagian; Yahudi dan Palestina. Orang-orang Yahudi menerima keputusan itu, tetapi
Palestina dan Negara-negara Arab menolaknya.
1948 : David Ben Gurion
memproklamasikan negara Israel disusul pecah perang. Yordania menduduki Tepi
Barat dan Mesir menguasai Jalur Gaza.
1949 : Perang berakhir dimenangkan
Israel dan dicapai gencatan senjata dengan Mesir, Lebanon, Yordania dan Suriah.
Sedikitnya 700.000 orang Palestina menjadi pengungsi.
1967 : Israel menyerang Mesir, Suriah
dan Yordania. Dan pecahlah Perang Enam Hari yang dimenangkan oleh Israel dengan
menduduki Semenanjung Sinai, Dataran Tinggi Golan, Jalur Gaza dan Tepi Barat.
1969 : Yasser Arafat terpilih sebagai
pemimpin PLO.
1973 : Mesir dan Suriah melancarkan
serangan mendadak terhadap Israel yang menduduki Semenanjung Sinai dan Dataran
Tinggi Golan. Perang ini disebut perang Yom Kippur, karena terjadi persis pada
hari suci menurut kalender Yahudi, Hari Yom Kippur. Inilah kekalahan pertama
Israel.
1977 : Presiden Mesir Anwar Sadat
terbang ke Yerusalem dan berpidato di depan parlemen Israel, Knesset. Ia menawarkan perdamaian penuh
jika Israel bersedia mundur sepenuhnya dari Sinai.
1978 : Pada tanggal 17 September,
tercapai kesepakatan damai antara Israel dan Mesir. Kesepakatan damai yang
disponsori Presiden AS Jimmy Carter itu ditandatangani PM Anwar Sadat di Camp
David AS, pada bulan Maret 1979.
1981 : Pada tanggal 6 Oktober,
Presiden Anwar Sadat dibunuh saat menghadiri parade militer untuk memperingati
perang 1973 melawan Israel.
1987 : Pecah Intifadah pertama di
wilayah penduduk Israel.
1991 : 30 Oktober, Konferensi
Perdamaian Timur Tengah di Madrid dengan kehadiran wakil Israel, Suriah,
Yordania, Lebanon dan PLO. Konferensi ini disponsori Presiden Uni Sovyet
Mikhail Gorbachev dan Presiden AS George Bush, pertemuan ini tidak membawa
banyak hasil. Konferensi Internasional untuk mendukung Intifadah Palestina
digelar di Teheran, sebagai tandingan atas Konferensi Madrid.
1993 : Tercapai kesepakatan antara
Israel dan PLO di Oslo, Norwegia. Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan
Pemimpin Palestina Yasser Arafat menandatangani “Deklarasi Prinsip-Prinsip” di
Washington. Kesepakatan ini menggarisbawahi rencana otonomi Palestina di
wilayah pendudukan.
1994 : 4 Mei, Israel dan PLO
menandatangani kesepakatan yang memberikan otonomi pertama kepada Palestina di
Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki Israel sejak 1967. 11 Mei, Israel mulai
mengalihkan kekuasaan ke PLO, menyerahkan pangkalan militer Jalur Gaza. 13 Mei,
Israel menyerahkan Jericho ke polisi Palestina. 1 Juli, Arafat memasuki Gaza
dalam rangka mendirikan otorita Palestina (Palestinian National Authority
disingkat PNA).
1995 : 28 September, PLO dan Israel
mencapai kesepakatan perluasan otonomi Palestina ke sebagian besar Tepi Barat.
5 November, Yitzhak Rabin ditembak mati dalam sebuah kampanye perdamaian di Tel
Aviv oleh Yigal Amir, seorang pemuda Yahudi fanatik yang anti perdamaian.
1996 : 29 Januari, warga Palestina
mengadakan pemilu pertama kali untuk memilih presiden dan anggota parlemen di
Tepi Barat dan Jalur Gaza. Yasser Arafat terpilih sebagai presiden. 29 Mei,
Partai Likud pimpinan Benyamin Netanyahu memenangkan pemilu dengan program
memperlambat proses otonomi untuk memperbaiki keamanan, memperluas pemukiman
dan menolak pembentukan negara Palestina.
1997 : 15 Januari, Netanyahu dan
Arafat mencapai kesepakatan selama KTT di Erez mengenai perluasan otonomi
Hebron dan Tepi Barat. 17 Januari, Perjanjian Al-Khalil ditandatangani
Israel-PNA. Isinya: 20% wilayah Al-Khalil tetap dikuasai Israel dan sisanya
diserahkan kepada Palestinian National
Authority atau PNA.
1998 : 23 Oktober, Perjanjian
Maryland ditandatangani Israel-PNA. Isinya: Israel menyerahkan sebagian wilayah
di Tepi Barat kepada PNA, dan sebagai imbalan PNA berjanji mengatasi masalah
kekerasan. 12 Desember, Pertemuan Majelis Nasional Palestina digelar di Gaza.
Pertemuan ini sudah didesain AS dan Israel, sehingga keputusannya: menghapus
salah satu isi deklarasi nasional Palestina yang menyebut “penghapusan Israel”.
2000 : 22 Maret, Untuk pertama kalinya
Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Tanah Suci. Paus dengan berapi-api membela
perlunya tanah air bagi para pengungsi Palestina. 11 Juli, Presiden AS Bill
Clinton ingin mengulangi keberhasilan pendahulunya Presiden Jimmy Carter dengan
mengadakan KTT Camp David II, namun upaya ini gagal. 28 September, Intifadah II
dimulai dengan pimpinan HAMAS. 29 September, Pecah kerusuhan brutal di
Yerusalem setelah Ariel Sharon, pemimpin oposisi selama 45 menit masuk kompleks
Haram al-Syarif, tempat di mana berdiri Masjid al-Aqsha. Tindakan ini memicu
kerusuhan dan pertumpahan darah.
2001 : 6 Februari, Ariel Sharon, otak
pembantaian Sabra Satilla, menjadi Perdana Menteri baru Israel. 17 Juli, Israel
mengirim tank dan unit infanteri ke Tepi Barat sehari setelah seorang tentara
Israel tewas dibunuh. 14 Agustus, Tank-tank Israel masuk kota Jenin tepi Barat
dan menembaki kantor polisi. Ini aksi militer terbesar Israel di tepi Barat dan
Jalur Gaza sejak 1994. 28 September, Ribuan orang Palestina memperingati ulang
tahun Intifadah dengan pawai, berdoa serta mengheningkan cipta. 19 Oktober,
Tank-tank dan tentara Israel masuk ke wilayah Tepi Barat. Tentera Israel
merebut sebagian besar wilayah Bethlehem, Ramallah, Nablus dan Jenin. Aksi
kerusuhan meningkat. 8 November, Tentara Israel menyerbu kamp pengungsi di
Jalur Gaza dan Tepi Barat. 3 Desember, Helikopter tempur AS merudal wilayah
dekat markas besar Yasser Arafat di kota Gaza disusul ancaman Ariel Sharon.
Yasser Arafat menangkap lebih dari 110 anggota kelompok garis keras untuk
memuaskan tuntutan Washington.
2002 : 15 Januari, Israel membunuh
Raed al-Karmi pemimpin Brigade Al-Aqsha yang dituding bertanggung jawab atas 10
pembunuhan. 25 Januari, Israel mengerahkan pesawat tempur menggempur Tepi Barat
dan Jalur Gaza. 8 Maret, Tentara Israel mengamuk di Tepi Barat dan Jalur Gaza
sehingga menewaskan 40 orang Palestina. Ini merupakan pertempuran terburuk
setelah Intifadah 18 bulan silam. 10 Maret, Israel menghancurkan markas besar
Palestina di Jalur Gaza. 12 Maret, Untuk pertama kalinya PBB menyebut Negara
Palestina Merdeka, dan Sekjen PBB Kofi Annan menuduh Israel melakukan
“pendudukan tidak sah” atas tanah Palestina. 28 Maret, KTT Liga Arab sepakat
untuk: menjanjikan perdamaian dengan Israel dan menjalin hubungan normal dan
keamanan. Sebagai gantinya Israel harus menarik mundur pasukannya dari tanah
pendudukan, penetapan negara Palestina dengan ibukota Yerusalem Timur,
“penyelesaian yang adil” terhadap jutaan pengungsi Palestina. 29 Maret,
Tank-tank dan buldoser Israel menggempur kompleks Ramallah tempat Yasser Arafat
berkantor dan kemudian mengepungnya. Sejak itu situasi Timur Tengah makin
panas. 1 April, Tank-tank Israel masuk Turkarem dan Bethlehem dan bahkan
menembaki Gereja Kelahiran Kristus dan mengepung kota tua itu. Dunia mengecam
aksi militer Israel itu, namun negara Yahudi sama sekali tidak mempedulikannya
bahkan meningkatkan serangannya atas Bethlehem dan kota-kota di Tepi Barat
lainnya. Hingga kini ratusan orang Palestina Syahid.
2004 : 22 Maret, Pemimpin Hamas,
Syeikh Ahmad Yassin, gugur akibat serangan Israel. 17 April, Abdul Aziz
Rantissi pemimpin Hamas (pengganti Syeikh Ahmad Yassin) gugur akibat serangan
Israel. 9 Juli, Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan Tembok Pemisah
Israel adalah illegal, namun ketetapan ini tidak dihiraukan Israel. Pembangunan
tembok terus dilanjutkan sehingga membentuk sebuah penjara raksasa bagi banyak
perkampungan Palestina. 26 Oktober, Gigihnya perjuangan Intifadah II membuat
Israel kewalahan dan mengesahkan program penarikan mundur dari Jalur Gaza,
sambil merancang konspirasi lain. 11 November, Yasser Arafat meninggal dunia
karena sebab yang tidak jelas.
2005 : September, Dimulainya
penarikan mundur tentara Israel dari Jalur Gaza. Inilah kemenangan para pejuang
Palestina setelah 38 tahun. Namun Israel terus memblokade, melancarkan serangan
dan teror ke jalur Gaza.
2008-2009 : Desember-Januari, Israel
melancarkan agresi di bawah panji “Operation
Cast Lead” yang menewaskan lebih dari 1400 warga Palestina dan melukai
lebih dari 5000 lainnya.
(Bersambung….)
Makassar, Juni 2010