Kamis, 25 April 2019

FATIMAH AZ-ZAHRA : Penghulu Wanita Sepanjang Zaman (Sisi Kehidupan Putri Kinasih Rasulullah SAW)

Salah satu peristiwa monumental dalam sejarah Islam adalah peristiwa kelahiran dan sekaligus syahadah seorang wanita suci nan agung, putri Kinasih Al-Musthafa SAW yakni Fatimah Az-Zahra. Kita menyebutnya monumental karena pada diri beliau terdapat sejumlah keagungan sebagaimana ayahandanya Muhammad SAW, yang seyogyanya kita teladani dalam kehidupan. Tapi, siapakah Fatimah? Jawaban yang dibutuhkan bukan sekadar jawaban biografis. Melainkan lebih dari itu. Artinya, kita tidak cukup untuk menjawab bahwa Fatimah adalah putri Rasulullah SAW, istri dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Ibu dari Sayyidina Hasan, Sayyidina Husain, Sayyidah Zainab dan Sayyidah Ummu Kultsum. Jawaban yang kita inginkan tentu saja adalah jawaban yang mampu memuaskan dahaga intelektual, spiritual, emosional atau bahkan sosiopolitis kaum muslimin terutama bagi para pecinta dan pengikutnya.
Ini berarti kita menginginkan jawaban-jawaban yang sanggup menguak misteri kehidupan Az-Zahra. Tapi, mampukah kita? Syaikh Ibrahim Amini dalam kata pengantar bukunya “Fatimah Az-Zahra: Wanita Teladan Sepanjang Masa”, mengakui betapa sulitnya untuk menulis buku tentang Fatimah Az-Zahra. Alasannya, Pertama, kehidupan Fatimah relatif pendek dan Kedua, tidak sampainya biografi yang lengkap perihal kehidupan Az-Zahra. Kesulitan untuk menguraikan kehidupan Fatimah juga diakui penulis lainnya seperti Ali Syariati, oleh karenanya, setelah sedikit menjelaskan tentang Fatimah, Syariati berkomentar pendek : Fatimah is Fatimah.
Berangkat dari kesadaran itulah lewat naskah yang singkat ini akan diungkapkan sekelumit kehidupan Fatimah yang pernah dideskripsikan atau disampaikan kepada kita, kaum muslimin.
Adalah tidak dapat diingkari oleh siapapun  bahwa Sayyidah Fatimah Az-Zahra adalah wanita terkemuka sepanjang zaman, tidak hanya bagi kalangan muslimin saja, tapi juga seluruh umat manusia. Nabi SAW menyebut Fatimah Az-Zahra putrinya, sebagai Sayyidah Nisa al-Alamin atau penghulu wanita sejagad raya. Ketika ditanya, bagaimana dengan Sayyidah Maryam? Nabi menjelaskan, dia adalah penghulu wanita pada zamannya, tapi Fatimah adalah penghulu wanita sepanjang zaman.
Berikut beberapa hadits Nabi mengenai Sayyidah Fatimah Az-Zahra sebagaimana diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits,
·      Imam Bukhari dalam Kitab Shahihnya meriwayatkan dari Siti Aisyah  “Suatu hari ketika kami para isteri Rasulullah sedang kumpul-kumpul bersama Rasulullah, dan belum ada satu pun di antara kami yang meninggalkan tempat, tiba-tiba Fatimah datang menghadap Rasulullah SAW, sungguh jalannya sama persis dengan jalannya Rasulullah. Ketika Nabi SAW melihatnya, Nabi menyambutnya dengan hangat dan berkata kepadanya: “Selamat datang putriku”. Kemudian Nabi SAW mendudukkannya di sebelah kirinya atau di sebelah kanannya, lalu Nabi membisikkan sesuatu, Fatimah menangis tersedu-sedu. Ketika Nabi melihat putrinya itu menangis, Ia pun kembali membisikkan sesuatu. Aneh, Fatimah malah tertawa. Aku bertanya kepadanya: “Kami adalah para isteri Rasulullah, tapi justru engkau yang dititipi rahasia oleh Rasulullah. Tapi engkau malah menangis. Ketika Rasulullah pergi, aku bertanya kepada Fatimah: “Apa yang dibisikkan Rasulullah kepadamu. “Fatimah berkata: Aku tidak akan membongkar rahasia Rasulullah selama hidupnya”. Ketika Rasulullah SAW meninggal, aku berkata kepada Fatimah: “Engkau dahulu janji padaku akan memberitahuku.” Fatimah menjawab: “Ya, sekarang aku bisa menjelaskannya kepadamu.” Adapun bisikan pertama ialah, Rasulullah SAW menjelaskan kepadaku bahwa biasanya jibril datang kepadanya untuk mentadaruskan Al-Quran setahun sekali. Tapi tahun ini, kata Rasulullah kepadaku, Jibril datang dua kali, itu berarti ajalku sudah dekat, karena itu wahai Fatimah, takutlah pada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya aku adalah pendahulu yang paling baik. Itu yang membuatku menangis. Ketika Nabi melihat kesedihanku, Nabi kembali membisikku dan berkata kepadaku: “Wahai Fatimah! Mengapa engkau harus bersedih, tidakkah engkau senang bahwa engkau adalah penghulu wanita muslimah atau penghulu wanita umat ini.”
     Redaksi di atas adalah redaksi dalam kitab Shahih Bukhari. Sedangkan dalam kitab Shahih Muslim, ada tambahan kalimat setelah kalimat terakhir Bukhari, yaitu “Sesungguhnya engkau wahai Fatimah, adalah orang pertama dalam keluargaku yang menyusulku.”
·      Imam Bukhari juga meriwayatkan, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Fatimah adalah buah hatiku. Barangsiapa yang membuatnya marah, maka ia telah membuatku marah.” Sementara itu, Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Fatimah adalah buah hatiku, Barangsiapa mengganggunya, ia telah menggangguku.” Sedangkan Turmudzi menambahkan: “Barangsiapa membuatnya senang, telah membuatku senang.”
     Hadits-hadits demikian, juga diriwayatkan oleh Al-Nasai, Ahmad bin Hambal, Al-Hakim, Abu Nuaim dan beberapa perawi lain.
·      Al-Hakim meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah SAW berkata kepada Fatimah: “Hai Fatimah! Sesungguhnya jika engkau murka kepada seseorang, maka Allah pun akan murka kepadanya.”
      Hadits dengan redaksi ini juga diriwayatkan oleh Ibn Al-Atsir dalam Kitabnya Usudul-Ghabah, Ibn Hajar dalam Al-Ishabah dan Al-Tahzib dan Al Muttaqi al-Hindi dalam Kanzul Ummal.
Dari beberapa hadis yang disampaikan di atas, menunjukkan bagaimana keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra, sekaligus pula menunjukkan kedalaman hubungan antara Rasulullah SAW dengan Fathimah yang sangat signifikan dalam menjalankan peranan wanita utama Islam ini dalam membentuk gerakan-gerakan Rasulullah SAW, serta juga peranannya dalam membantu misi Rasulullah SAW.
Dr. Jalaluddin Rakhmat mendakukan bahwa melalui kelahiran Fatimah Az-Zahra, Islam ingin mengajarkan betapa pentingnya kedudukan perempuan dalam pandangan Islam. Karena itu, bukan sebatas slogan kalau Rasulullah SAW mengatakan bahwa sorga berada di bawah telapak kaki ibu. Juga bukan sekadar slogan kalau beliau menyatakan bahwa orang yang pertama kali harus kita berikan perbuatan baik adalah Ibu.
Dalam berbagai ajaran Islam, perempuan mendapat penghormatan yang tidak pernah diberikan oleh seluruh agama lain di dunia ini. Itulah sebabnya, kelak setelah kelahirannya, pada saat anak perempuan dipandang rendah, Nabi mengangkat Fatimah. Ketika kehadiran anak wanita dianggap bencana, Nabi menyebut Fatimah sebagai “Al-Kautsar” (anugerah yang banyak).
Pada masyarakat jahiliyah yang bangga menguburkan anak perempuannya hidup-hidup, Nabi menegakkan hak-hak anak secara terbuka. Belum pernah pemimpin dunia memperlakukan anaknya seperti perlakuan Nabi kepada Fatimah. Hubungan batin di antara keduanya dicatat sejarah sebagai pelajaran abadi untuk umat manusia.
Dari bimbingan ayahandanya, terbentuk kepribadian dan keteladanan pada diri Fatimah. Ia mewarisi kepribadian Maryam binti Imran yang di dalam Al-Quran dilukiskan sebagai wanita suci. Waktunya dipenuhi dengan zikir dan ibadat. Fatimah juga mewarisi karakter ibunya sendiri. Khadijah binti Khuwailid. Dia hidup sederhana di samping suaminya. Ali bin Abi Thalib. Seperti Khadijah, Fatimah mempersembahkan apapun yang dimilikinya untuk Islam.
Fatimah juga menghimpun akhlak Asiyah binti Mazahim. Hari-hari terakhir dalam kehidupannya dipenuhi perjuangan menegakkan keadilan. Kalau Asiyah menentang kezaliman suaminya, Fatimah berjuang menentang kezaliman yang dilakukan lawan suaminya, karena dia tidak dapat berkompromi dengan pelanggaran kebenaran. Tampaknya, pada Fatimahlah seharusnya wanita Muslimah mendefinisikan dirinya.
 Makassar, Agustus 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rezim Yang Ambigu dan Problem Lingkungan di Indonesia

Permasalahan lingkungan hidup, telah mendapat perhatian besar di hampir semua negara. Ini terutama terjadi sejak dasawarsa 1970-an setelah d...