Salah satu peristiwa monumental
dalam sejarah Islam adalah peristiwa kelahiran dan sekaligus syahadah seorang
wanita suci nan agung, putri Kinasih Al-Musthafa SAW yakni Fatimah Az-Zahra.
Kita menyebutnya monumental karena pada diri beliau terdapat sejumlah keagungan
sebagaimana ayahandanya Muhammad SAW, yang seyogyanya kita teladani dalam
kehidupan. Tapi, siapakah Fatimah? Jawaban yang dibutuhkan bukan sekadar
jawaban biografis. Melainkan lebih dari itu. Artinya, kita tidak cukup untuk
menjawab bahwa Fatimah adalah putri Rasulullah SAW, istri dari Sayyidina Ali
bin Abi Thalib, Ibu dari Sayyidina Hasan, Sayyidina Husain, Sayyidah Zainab dan
Sayyidah Ummu Kultsum. Jawaban yang kita inginkan tentu saja adalah jawaban
yang mampu memuaskan dahaga intelektual, spiritual, emosional atau bahkan
sosiopolitis kaum muslimin terutama bagi para pecinta dan pengikutnya.
Ini berarti kita menginginkan
jawaban-jawaban yang sanggup menguak misteri kehidupan Az-Zahra. Tapi, mampukah
kita? Syaikh Ibrahim Amini dalam
kata pengantar bukunya “Fatimah Az-Zahra: Wanita Teladan Sepanjang Masa”,
mengakui betapa sulitnya untuk menulis buku tentang Fatimah Az-Zahra.
Alasannya, Pertama, kehidupan Fatimah relatif pendek dan Kedua,
tidak sampainya biografi yang lengkap perihal kehidupan Az-Zahra. Kesulitan untuk
menguraikan kehidupan Fatimah juga diakui penulis lainnya seperti Ali Syariati, oleh karenanya, setelah sedikit
menjelaskan tentang Fatimah, Syariati berkomentar pendek : Fatimah is Fatimah.
Berangkat dari kesadaran itulah
lewat naskah yang singkat ini akan diungkapkan sekelumit kehidupan Fatimah yang
pernah dideskripsikan atau disampaikan kepada kita, kaum muslimin.
Adalah tidak dapat diingkari oleh
siapapun bahwa Sayyidah Fatimah Az-Zahra
adalah wanita terkemuka sepanjang zaman, tidak hanya bagi kalangan muslimin
saja, tapi juga seluruh umat manusia. Nabi SAW menyebut Fatimah Az-Zahra
putrinya, sebagai Sayyidah Nisa al-Alamin
atau penghulu wanita sejagad raya. Ketika ditanya, bagaimana dengan Sayyidah
Maryam? Nabi menjelaskan, dia adalah penghulu wanita pada zamannya, tapi Fatimah
adalah penghulu wanita sepanjang zaman.
Berikut beberapa hadits Nabi
mengenai Sayyidah Fatimah Az-Zahra sebagaimana diriwayatkan dalam kitab-kitab
hadits,
· Imam Bukhari dalam
Kitab Shahihnya meriwayatkan dari Siti Aisyah “Suatu hari ketika kami para isteri
Rasulullah sedang kumpul-kumpul bersama Rasulullah, dan belum ada satu pun di antara
kami yang meninggalkan tempat, tiba-tiba Fatimah datang menghadap Rasulullah
SAW, sungguh jalannya sama persis dengan jalannya Rasulullah. Ketika Nabi SAW
melihatnya, Nabi menyambutnya dengan hangat dan berkata kepadanya: “Selamat datang
putriku”. Kemudian Nabi SAW mendudukkannya di sebelah kirinya atau di sebelah
kanannya, lalu Nabi membisikkan sesuatu, Fatimah menangis tersedu-sedu. Ketika
Nabi melihat putrinya itu menangis, Ia pun kembali membisikkan sesuatu. Aneh,
Fatimah malah tertawa. Aku bertanya kepadanya: “Kami adalah para isteri
Rasulullah, tapi justru engkau yang dititipi rahasia oleh Rasulullah. Tapi
engkau malah menangis. Ketika Rasulullah pergi, aku bertanya kepada Fatimah:
“Apa yang dibisikkan Rasulullah kepadamu. “Fatimah berkata: Aku tidak akan membongkar
rahasia Rasulullah selama hidupnya”. Ketika Rasulullah SAW meninggal, aku
berkata kepada Fatimah: “Engkau dahulu janji padaku akan memberitahuku.” Fatimah
menjawab: “Ya, sekarang aku bisa menjelaskannya kepadamu.” Adapun bisikan
pertama ialah, Rasulullah SAW menjelaskan kepadaku bahwa biasanya jibril datang
kepadanya untuk mentadaruskan Al-Quran setahun sekali. Tapi tahun ini, kata
Rasulullah kepadaku, Jibril datang dua kali, itu berarti ajalku sudah dekat,
karena itu wahai Fatimah, takutlah pada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya aku
adalah pendahulu yang paling baik. Itu yang membuatku menangis. Ketika Nabi
melihat kesedihanku, Nabi kembali membisikku dan berkata kepadaku: “Wahai Fatimah!
Mengapa engkau harus bersedih, tidakkah engkau senang bahwa engkau adalah
penghulu wanita muslimah atau penghulu wanita umat ini.”
Redaksi di atas adalah redaksi dalam kitab
Shahih Bukhari. Sedangkan dalam kitab Shahih Muslim, ada tambahan kalimat
setelah kalimat terakhir Bukhari, yaitu “Sesungguhnya engkau wahai Fatimah,
adalah orang pertama dalam keluargaku yang menyusulku.”
· Imam Bukhari juga
meriwayatkan, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Fatimah adalah buah
hatiku. Barangsiapa yang membuatnya marah, maka ia telah membuatku marah.”
Sementara itu, Imam Muslim dalam
Shahihnya meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Fatimah adalah
buah hatiku, Barangsiapa mengganggunya, ia telah menggangguku.” Sedangkan
Turmudzi menambahkan: “Barangsiapa membuatnya senang, telah membuatku
senang.”
Hadits-hadits demikian, juga diriwayatkan
oleh Al-Nasai, Ahmad bin Hambal,
Al-Hakim, Abu Nuaim dan beberapa perawi lain.
· Al-Hakim meriwayatkan dari Ali bin Abi
Thalib bahwa Rasulullah SAW berkata kepada Fatimah: “Hai Fatimah!
Sesungguhnya jika engkau murka kepada seseorang, maka Allah pun akan murka
kepadanya.”
Hadits dengan redaksi ini juga
diriwayatkan oleh Ibn Al-Atsir
dalam Kitabnya Usudul-Ghabah, Ibn Hajar
dalam Al-Ishabah dan Al-Tahzib dan Al
Muttaqi al-Hindi dalam Kanzul Ummal.
Dari beberapa hadis yang
disampaikan di atas, menunjukkan bagaimana keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra,
sekaligus pula menunjukkan kedalaman hubungan antara Rasulullah SAW dengan
Fathimah yang sangat signifikan dalam menjalankan peranan wanita utama Islam
ini dalam membentuk gerakan-gerakan Rasulullah SAW, serta juga peranannya dalam
membantu misi Rasulullah SAW.
Dr. Jalaluddin Rakhmat
mendakukan bahwa melalui kelahiran Fatimah Az-Zahra, Islam ingin mengajarkan
betapa pentingnya kedudukan perempuan dalam pandangan Islam. Karena itu, bukan sebatas
slogan kalau Rasulullah SAW mengatakan bahwa sorga berada di bawah telapak kaki
ibu. Juga bukan sekadar slogan kalau beliau menyatakan bahwa orang yang pertama
kali harus kita berikan perbuatan baik adalah Ibu.
Dalam berbagai ajaran Islam,
perempuan mendapat penghormatan yang tidak pernah diberikan oleh seluruh agama
lain di dunia ini. Itulah sebabnya, kelak setelah kelahirannya, pada saat anak
perempuan dipandang rendah, Nabi mengangkat Fatimah. Ketika kehadiran anak
wanita dianggap bencana, Nabi menyebut Fatimah sebagai “Al-Kautsar”
(anugerah yang banyak).
Pada masyarakat jahiliyah yang
bangga menguburkan anak perempuannya hidup-hidup, Nabi menegakkan hak-hak anak
secara terbuka. Belum pernah pemimpin dunia memperlakukan anaknya seperti
perlakuan Nabi kepada Fatimah. Hubungan batin di antara keduanya dicatat
sejarah sebagai pelajaran abadi untuk umat manusia.
Dari bimbingan ayahandanya,
terbentuk kepribadian dan keteladanan pada diri Fatimah. Ia mewarisi
kepribadian Maryam binti Imran yang di dalam Al-Quran dilukiskan sebagai wanita
suci. Waktunya dipenuhi dengan zikir dan ibadat. Fatimah juga mewarisi karakter
ibunya sendiri. Khadijah binti Khuwailid. Dia hidup sederhana di samping
suaminya. Ali bin Abi Thalib. Seperti Khadijah, Fatimah mempersembahkan apapun
yang dimilikinya untuk Islam.
Fatimah juga menghimpun akhlak
Asiyah binti Mazahim. Hari-hari terakhir dalam kehidupannya dipenuhi perjuangan
menegakkan keadilan. Kalau Asiyah menentang kezaliman suaminya, Fatimah berjuang
menentang kezaliman yang dilakukan lawan suaminya, karena dia tidak dapat
berkompromi dengan pelanggaran kebenaran. Tampaknya, pada Fatimahlah seharusnya
wanita Muslimah mendefinisikan dirinya.
Makassar, Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar