Doa adalah salah satu ibadah yang
sangat penting dalam upaya penyempurnaan ruhani serta taqarrub kepada Allah. Syaikh
Husain Mazhahiri menyebutkan bahwa secara umum doa diartikan sebagai bentuk merendahkan
diri dan inabah (kembali) kepada
Allah.
Doa
merupakan juga salah satu pengetahuan yang amat tinggi dan merupakan perbuatan
yang amat penting serta menjadi kebiasaan para nabi, washi dan wali Allah.
Sedangkan bagi para urafa, doa merupakan sesuatu yang paling lezat. Sebab, doa
lisan demi mengungkapkan rahasia yang tersembunyi di lubuk hati kepada sang
kekasih. Dalam doa Arafah, Sayyidina Husain menyebutkan, “Wahai yang membuat para kekasih-Nya merasakan manisnya saling
berhubungan.” Dengan demikian, sejatinya, doa adalah sarana untuk
berkomunikasi dengan Allah SWT.
Dalam
kehidupan manusia, peran doa sangatlah penting. Karena doa merupakan sesuatu
yang dapat menumbuhkan dalam jiwa manusia hubungan spiritual dengan Allah. Di
mana manusia merasakan bahwa Allah dekat darinya, dari harapan, penderitaan,
problema dan kebutuhannya, sehingga Allah akan membukakan pintu rahmat-Nya,
lalu meringankan beban yang menimpanya serta menyelesaikan kesulitannya.
Dengan
begitu, manusia akan menemukan kebutuhannya di sisi Tuhannya, yang tidak akan
ditemukan pada selain Allah. Di dalam surah Al-Baqarah 186, kita menyaksikan
kedekatan Allah Azza Wajalla kepada orang yang berdoa, manakala dia berdoa dan
memohon kepada-Nya, “Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah), bahwasanya Aku
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Jadi,
Al-Quran Al-Karim memberikan perhatian yang khusus kepada doa, sekaligus
mengecam orang-orang yang tidak menaruh perhatian terhadap doa. Allah SWT
berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku, mereka akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.”(QS.Al-Mukmin:60).
Syaikh Husain Mazhahiri menyebutkan tidak pernah di dalam Al-Quran, disebutkan
suatu azab seperti penyebutan azab ini. Atau bisa juga dikatakan, bahwa jarang
kita melihat suatu ancaman dalam bentuk seperti ini, sebagaimana yang ditujukan
kepada orang yang meninggalkan doa.
Pentingnya
doa bagi manusia juga dapat dilihat dari manfaat yang diperoleh. Sayyid Ali
Khamenei menjelaskan beberapa manfaat doa, antara lain:
· Pertama, saat berkomunikasi dengan Allah
SWT, kita merasakan kedekatan dengan-Nya. Ini hasil dan manfaat dari doa. Di
samping itu, doa akan mengusir kelalaian dari hati manusia, sehingga kita
selalu mengingat Allah SWT dan tidak melupakannya, karena kelalaian dari-Nya
adalah sumber semua kekhilafan dan penyimpangan.
· Kedua, doa akan memantapkan dan menguatkan
iman di dalam hati. Iman yang tidak akan goyah dan tetap teguh saat berhadapan
dengan berbagai fenomena, kesulitan, kenikmatan dan seluruh kondisi yang
dialami manusia. Sebagian orang yang memiliki keimanan, ketika mereka harus
berhadapan dengan kekuatan dunia, kesenangan jasmani dan syahwat, maka iman
mereka pun goyah dan hilang. Iman yang demikian adalah iman yang labil. Di
sinilah doa sangat dibutuhkan. Dengan terus berdoa dan menghadapkan perhatian
kepada Allah SWT, maka kita tidak kehilangan iman.
· Ketiga, doa akan menumbuhkan sikap ikhlas
dalam diri manusia. Ikhlas adalah mengerjakan segala sesuatu hanya demi Allah
SWT. Semua pekerjaan dilakukannya hanya demi Allah SWT. Komunikasi dengan Allah
SWT dan perasaan kedekatan dengan-Nya akan menumbuhkan jiwa keikhlasan dalam
diri kita.
· Keempat, doa adalah pembinaan diri
sehingga melahirkan keutamaan akhlak pada diri manusia. Ketika manusia berada
di hadapan Allah dan berkomunikasi dengan-Nya, maka sifat-sifat utama di dalam
dirinya akan menguat. Oleh karenanya, doa menjadi sebuah tangga yang akan
mengantarkan manusia menuju kesempurnaan. Doa juga dapat membersihkan sifat dan
karakter buruk manusia; ketamakan, kesombongan, egoisme, permusuhan, kelemahan
jiwa dan ketidaksabaran.
· Kelima, doa akan mewujudkan rasa cinta
kepada Allah di dalam hati manusia. Tuhan adalah perwujudan semua keindahan dan
kebaikan. Karena itu, bercengkrama dan berkomunikasi dengan Allah SWT akan
menumbuhkan benih-benih cinta di dalam hati.
· Keenam, doa dapat menumbuhkan pengharapan
pada manusia. Setiap orang pasti akan menghadapi berbagai peristiwa dan
tantangan. Dengan doa, maka manusia akan
mendapatkan kekuatan dalam menghadapi tantangan tersebut. Dalam sebuah riwayat
Nabi SAW bersabda, “Maukah kalian
kutunjukkan senjata yang akan menyelamatkan kalian dari musuh-musuh kalian?
Yaitu, kalian berdoa kepada Tuhan kalian siang dan malam, karena sesungguhnya
senjata orang mukmin adalah doa.” Selalu mengingat dan merasakan
‘kedekatan’ dengan Allah dalam menghadapi semua peristiwa laksana
mempersenjatai diri dengan senjata paling ampuh dan mematikan.
Meskipun doa
memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang telah diuraikan, tidak
berarti ikhtiar dan usaha-usaha yang mesti ditempuh oleh manusia dalam meraih
sesuatu, menjadi ternafikan atau bahkan dilalaikan. Jadi, ikhtiar dan doa
senantiasa beriringan dalam praktek dan pengamalannya.
Selanjutnya,
adakah adab khusus serta waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa? Imam Ja’far
Shadiq berkata, “….sesungguhnya doa
adalah pujian (al-tahmid) lalu sanjungan (al-tsanaa’), lalu pengakuan atas
dosa, baru kemudian permohonan. Demi Allah, sesungguhnya seorang hamba tidak
akan terbebas dari dosa melainkan dengan pengakuan.” Di kesempatan lain,
Imam ditanya tentang apa urut-urutan doa itu? Beliau menjawab, “Engkau memulai (doa) dengan memuji Allah
dan menyebutkan berbagai kenikmatan yang ada padamu, kemudian engkau
mensyukurinya, kemudian bershalawat kepada Nabi SAW beserta keluarganya, lalu
engkau sebutkan dosa-dosamu dan mengakui perbuatan dosa tersebut, kemudian
engkau berlindung dari (melakukan) dosa-dosa tersebut. Demikianlah urutan doa
yang dimaksud.”
Selain itu,
dalam berdoa hendaknya memperhatikan berbagai keadaan dan waktu yang mulia,
karena ini termasuk bagian dari tata cara berdoa. Waktu-waktu yang mustajab
tersebut dapat kita ketahui dengan merujuk beberapa riwayat yang ada, antara
lain: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
berdoa seusai menunaikan shalat, maka doanya dikabulkan.” Berkata Imam
Ja’far Shadiq, “Dikabulkan doa pada empat
tempat; pada shalat witir, setelah shalat subuh, setelah shalat zhuhur, setelah
shalat maghrib.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Ketika turun hujan, seusai menunaikan shalat fardhu lima waktu, ketika
berbuka puasa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar