Kamis, 25 April 2019

DOA adalah INTI dan RUH IBADAH

Doa adalah salah satu ibadah yang sangat penting dalam upaya penyempurnaan ruhani serta taqarrub kepada Allah. Syaikh Husain Mazhahiri menyebutkan bahwa secara umum doa diartikan sebagai bentuk merendahkan diri dan inabah (kembali) kepada Allah.
Doa merupakan juga salah satu pengetahuan yang amat tinggi dan merupakan perbuatan yang amat penting serta menjadi kebiasaan para nabi, washi dan wali Allah. Sedangkan bagi para urafa, doa merupakan sesuatu yang paling lezat. Sebab, doa lisan demi mengungkapkan rahasia yang tersembunyi di lubuk hati kepada sang kekasih. Dalam doa Arafah, Sayyidina Husain menyebutkan, “Wahai yang membuat para kekasih-Nya merasakan manisnya saling berhubungan.” Dengan demikian, sejatinya, doa adalah sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT.
Dalam kehidupan manusia, peran doa sangatlah penting. Karena doa merupakan sesuatu yang dapat menumbuhkan dalam jiwa manusia hubungan spiritual dengan Allah. Di mana manusia merasakan bahwa Allah dekat darinya, dari harapan, penderitaan, problema dan kebutuhannya, sehingga Allah akan membukakan pintu rahmat-Nya, lalu meringankan beban yang menimpanya serta menyelesaikan kesulitannya.
Dengan begitu, manusia akan menemukan kebutuhannya di sisi Tuhannya, yang tidak akan ditemukan pada selain Allah. Di dalam surah Al-Baqarah 186, kita menyaksikan kedekatan Allah Azza Wajalla kepada orang yang berdoa, manakala dia berdoa dan memohon kepada-Nya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah), bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Jadi, Al-Quran Al-Karim memberikan perhatian yang khusus kepada doa, sekaligus mengecam orang-orang yang tidak menaruh perhatian terhadap doa. Allah SWT berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, mereka akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.”(QS.Al-Mukmin:60). Syaikh Husain Mazhahiri menyebutkan tidak pernah di dalam Al-Quran, disebutkan suatu azab seperti penyebutan azab ini. Atau bisa juga dikatakan, bahwa jarang kita melihat suatu ancaman dalam bentuk seperti ini, sebagaimana yang ditujukan kepada orang yang meninggalkan doa.
Pentingnya doa bagi manusia juga dapat dilihat dari manfaat yang diperoleh. Sayyid Ali Khamenei menjelaskan beberapa manfaat doa, antara lain:
·      Pertama, saat berkomunikasi dengan Allah SWT, kita merasakan kedekatan dengan-Nya. Ini hasil dan manfaat dari doa. Di samping itu, doa akan mengusir kelalaian dari hati manusia, sehingga kita selalu mengingat Allah SWT dan tidak melupakannya, karena kelalaian dari-Nya adalah sumber semua kekhilafan dan penyimpangan.
·      Kedua, doa akan memantapkan dan menguatkan iman di dalam hati. Iman yang tidak akan goyah dan tetap teguh saat berhadapan dengan berbagai fenomena, kesulitan, kenikmatan dan seluruh kondisi yang dialami manusia. Sebagian orang yang memiliki keimanan, ketika mereka harus berhadapan dengan kekuatan dunia, kesenangan jasmani dan syahwat, maka iman mereka pun goyah dan hilang. Iman yang demikian adalah iman yang labil. Di sinilah doa sangat dibutuhkan. Dengan terus berdoa dan menghadapkan perhatian kepada Allah SWT, maka kita tidak kehilangan iman.
·      Ketiga, doa akan menumbuhkan sikap ikhlas dalam diri manusia. Ikhlas adalah mengerjakan segala sesuatu hanya demi Allah SWT. Semua pekerjaan dilakukannya hanya demi Allah SWT. Komunikasi dengan Allah SWT dan perasaan kedekatan dengan-Nya akan menumbuhkan jiwa keikhlasan dalam diri kita.
·      Keempat, doa adalah pembinaan diri sehingga melahirkan keutamaan akhlak pada diri manusia. Ketika manusia berada di hadapan Allah dan berkomunikasi dengan-Nya, maka sifat-sifat utama di dalam dirinya akan menguat. Oleh karenanya, doa menjadi sebuah tangga yang akan mengantarkan manusia menuju kesempurnaan. Doa juga dapat membersihkan sifat dan karakter buruk manusia; ketamakan, kesombongan, egoisme, permusuhan, kelemahan jiwa dan ketidaksabaran.
·      Kelima, doa akan mewujudkan rasa cinta kepada Allah di dalam hati manusia. Tuhan adalah perwujudan semua keindahan dan kebaikan. Karena itu, bercengkrama dan berkomunikasi dengan Allah SWT akan menumbuhkan benih-benih cinta di dalam hati.
·      Keenam, doa dapat menumbuhkan pengharapan pada manusia. Setiap orang pasti akan menghadapi berbagai peristiwa dan tantangan. Dengan doa, maka manusia  akan mendapatkan kekuatan dalam menghadapi tantangan tersebut. Dalam sebuah riwayat Nabi SAW bersabda, “Maukah kalian kutunjukkan senjata yang akan menyelamatkan kalian dari musuh-musuh kalian? Yaitu, kalian berdoa kepada Tuhan kalian siang dan malam, karena sesungguhnya senjata orang mukmin adalah doa.” Selalu mengingat dan merasakan ‘kedekatan’ dengan Allah dalam menghadapi semua peristiwa laksana mempersenjatai diri dengan senjata paling ampuh dan mematikan.
Meskipun doa memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang telah diuraikan, tidak berarti ikhtiar dan usaha-usaha yang mesti ditempuh oleh manusia dalam meraih sesuatu, menjadi ternafikan atau bahkan dilalaikan. Jadi, ikhtiar dan doa senantiasa beriringan dalam praktek dan pengamalannya.
Selanjutnya, adakah adab khusus serta waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa? Imam Ja’far Shadiq berkata, “….sesungguhnya doa adalah pujian (al-tahmid) lalu sanjungan (al-tsanaa’), lalu pengakuan atas dosa, baru kemudian permohonan. Demi Allah, sesungguhnya seorang hamba tidak akan terbebas dari dosa melainkan dengan pengakuan.” Di kesempatan lain, Imam ditanya tentang apa urut-urutan doa itu? Beliau menjawab, “Engkau memulai (doa) dengan memuji Allah dan menyebutkan berbagai kenikmatan yang ada padamu, kemudian engkau mensyukurinya, kemudian bershalawat kepada Nabi SAW beserta keluarganya, lalu engkau sebutkan dosa-dosamu dan mengakui perbuatan dosa tersebut, kemudian engkau berlindung dari (melakukan) dosa-dosa tersebut. Demikianlah urutan doa yang dimaksud.”
Selain itu, dalam berdoa hendaknya memperhatikan berbagai keadaan dan waktu yang mulia, karena ini termasuk bagian dari tata cara berdoa. Waktu-waktu yang mustajab tersebut dapat kita ketahui dengan merujuk beberapa riwayat yang ada, antara lain: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berdoa seusai menunaikan shalat, maka doanya dikabulkan.” Berkata Imam Ja’far Shadiq, “Dikabulkan doa pada empat tempat; pada shalat witir, setelah shalat subuh, setelah shalat zhuhur, setelah shalat maghrib.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Ketika turun hujan, seusai menunaikan shalat fardhu lima waktu, ketika berbuka puasa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rezim Yang Ambigu dan Problem Lingkungan di Indonesia

Permasalahan lingkungan hidup, telah mendapat perhatian besar di hampir semua negara. Ini terutama terjadi sejak dasawarsa 1970-an setelah d...